PASANG IKLANMU DISINI

Memperingati Hari Lahir Nahdlatul Ulama ke-102 Tahun

ESENSIAL NEWS – Tahun ini, Warga Nahdliyin Memperingati Hari Lahir Nahdlatul Ulama ke-102 Tahun, sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan dedikasi untuk menjaga ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah di Indonesia. Dalam semangat peringatan ini, mari kita mengupas kembali sejarah NU yang menjadi salah satu tonggak penting dalam kehidupan beragama dan sosial di Indonesia.

Sejarah Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur. Organisasi ini lahir atas inisiatif para ulama tradisionalis, yang bertujuan untuk mempertahankan dan mengembangkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah di tengah arus modernisasi dan kolonialisme.

Latar Belakang Pendirian

Pada awal abad ke-20, dunia Islam menghadapi berbagai tantangan, termasuk penjajahan Barat, gerakan reformasi Islam, dan perubahan sosial akibat modernisasi. Para ulama tradisional di Indonesia merasa perlu mendirikan sebuah organisasi yang mampu menjaga tradisi Islam, khususnya praktik keagamaan yang berakar pada mazhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali).

Tokoh utama di balik pendirian NU adalah Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, seorang ulama karismatik dari Jombang. Bersama sejumlah ulama lainnya, seperti KH Abdul Wahab Hasbullah dan KH Bisri Syansuri, mereka mendirikan Nahdlatul Ulama dengan tujuan utama menjaga nilai-nilai Islam tradisional yang berpijak pada ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah.

Tujuan dan Prinsip

NU memiliki tujuan utama untuk mengembangkan kehidupan beragama yang moderat dan inklusif. Organisasi ini menganut prinsip-prinsip:

  1. Tawassuth (moderat): Bersikap di tengah-tengah tanpa ekstrim ke kanan atau kiri.
  2. Tasamuh (toleransi): Menghormati perbedaan dalam praktik keagamaan dan budaya.
  3. I’tidal (adil): Bersikap adil dalam segala aspek kehidupan.
  4. Amar ma’ruf nahi munkar: Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Peran NU dalam Perjuangan Kemerdekaan

Pada masa penjajahan, NU berperan aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 menjadi salah satu momen bersejarah, yang menyerukan umat Islam untuk berjuang melawan penjajah demi mempertahankan kemerdekaan.

NU juga memainkan peran penting dalam pembentukan identitas keislaman di Indonesia, dengan menekankan harmoni antara agama dan budaya lokal. Sikap ini menjadikan NU sebagai salah satu kekuatan sosial yang signifikan dalam membangun karakter bangsa.

Perkembangan NU Setelah Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka, NU terus berkembang menjadi organisasi sosial-keagamaan yang memiliki pengaruh besar. NU mendirikan berbagai lembaga pendidikan, seperti pesantren, sekolah, dan universitas, serta aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan.

Dalam bidang politik, NU pernah menjadi partai politik pada tahun 1952, tetapi kemudian kembali fokus pada kegiatan sosial-keagamaan setelah bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada tahun 1973. Pada era reformasi, NU mempertegas posisinya sebagai organisasi independen yang tidak terikat pada partai politik tertentu.

Warisan dan Relevansi NU

Hingga saat ini, NU tetap menjadi salah satu pilar penting dalam kehidupan beragama dan sosial di Indonesia. Dengan jumlah anggota yang mencapai puluhan juta, NU terus berkomitmen untuk memajukan pendidikan, menjaga keberagaman, dan memperjuangkan keadilan sosial.

Melalui kiprahnya yang panjang, Nahdlatul Ulama telah menjadi simbol Islam Nusantara yang inklusif, moderat, dan relevan dengan tantangan zaman.

Berita & Artikel Terkait
PASANG IKLANMU DISINI2

ESENSIAL NEWS - Portal berita terpercaya yang menyajikan informasi terkini dan akurat dari berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, teknologi, gaya hidup, dan budaya. Kami berkomitmen untuk memberikan wawasan yang esensial bagi pembaca di seluruh Indonesia.