
ESENSIAL NEWS – Upaya menciptakan desa yang mandiri secara ekonomi terus digenjot Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Salah satu langkah strategis yang kini dijalankan adalah percepatan pembentukan Koperasi Merah Putih di setiap desa dan kelurahan.
Hingga akhir Mei 2025, setidaknya 191 wilayah administratif di Kukar tengah difasilitasi untuk segera memiliki koperasi aktif. Targetnya bukan sekadar memenuhi jumlah, tapi menciptakan lembaga ekonomi rakyat yang mampu menggerakkan potensi lokal secara berkelanjutan.
Sekretaris Daerah Kukar, Sunggono, menegaskan bahwa koperasi bukan hanya soal kelembagaan ekonomi, tapi juga ruang kolektif membangun solidaritas warga. Menurutnya, koperasi adalah jawaban atas tantangan pemerataan kesejahteraan yang masih timpang di tingkat akar rumput.
“Ini bukan soal mengejar jumlah, tapi bagaimana koperasi bisa benar-benar hidup, tumbuh, dan bermanfaat bagi masyarakat,” katanya, Rabu (28/5/2025).
Untuk mengawal proses ini, Pemkab membentuk kelompok kerja (pokja) di setiap kecamatan yang bertugas mendampingi warga dari tahap sosialisasi hingga proses legalisasi koperasi. Pendekatan ini dianggap efektif karena memberi sentuhan langsung dan membangun rasa memiliki dari masyarakat.
Perubahan sikap mulai terlihat. Kesadaran warga tentang pentingnya koperasi perlahan tumbuh, terutama setelah mereka melihat peluang membuka akses modal, memperluas pasar, hingga mengelola usaha bersama secara lebih efisien.
Potensi desa yang selama ini tersebar di bidang pertanian, peternakan, hingga usaha mikro dinilai sangat siap untuk dikembangkan dalam skema koperasi. Pemerintah daerah pun menyatakan komitmennya untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para pengurus agar koperasi berjalan profesional dan berdaya saing.
Sunggono juga menyebut koperasi sebagai alat untuk memangkas ketergantungan warga terhadap sistem distribusi yang merugikan, seperti tengkulak. Dengan koperasi, jalur distribusi bisa lebih ringkas dan nilai jual produk lokal lebih adil.
“Dengan koperasi, kita bisa menghindari ketergantungan terhadap tengkulak dan membuka peluang pasar baru bagi produk-produk lokal,” ujarnya.
Pemkab Kukar turut membuka ruang kolaborasi dengan lembaga keuangan, universitas, dan komunitas pemberdayaan ekonomi untuk memastikan koperasi ini tidak hanya hidup, tetapi juga berkembang secara sistematis.
Sunggono yakin, jika semangat gotong royong tetap jadi landasan, koperasi tidak hanya jadi simbol administratif, tetapi mampu menjadi kekuatan nyata ekonomi desa.
“Koperasi yang tumbuh dari bawah dan dijalankan dengan semangat kebersamaan, insya Allah akan membawa manfaat besar bagi kita semua,” tutupnya. (ADV/AD)