
ESENSIAL NEWS – Dalam beberapa tahun terakhir, istilah “Web3” semakin sering terdengar di dunia teknologi dan bisnis digital. Web3 disebut-sebut sebagai evolusi dari internet yang kita kenal saat ini, dengan janji membawa desentralisasi, transparansi, dan kendali yang lebih besar bagi pengguna. Namun, apa sebenarnya Web3, dan mengapa teknologi ini dianggap revolusioner?
Web3 merujuk pada generasi ketiga dari teknologi web, di mana internet tidak lagi didominasi oleh platform terpusat seperti Google, Facebook, atau Amazon. Sebaliknya, Web3 bertumpu pada teknologi blockchain, kontrak pintar (smart contracts), dan prinsip desentralisasi. Dalam Web3, data tidak hanya tersimpan di server perusahaan besar, tetapi terdistribusi di jaringan komputer yang saling terhubung.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Gavin Wood, salah satu pendiri Ethereum, sebagai respons terhadap kekhawatiran privasi, keamanan, dan monopoli data di era Web2. Web2 adalah istilah untuk menggambarkan internet modern yang didominasi oleh aplikasi dan platform berbasis cloud.
Meski menjanjikan, Web3 masih menghadapi beberapa tantangan:
Meskipun masih dalam tahap awal, Web3 memiliki potensi besar untuk mengubah cara kita berinteraksi dengan internet. Industri seperti keuangan, kesehatan, pendidikan, dan hiburan mulai mengeksplorasi peluang yang ditawarkan oleh Web3. Dengan investasi besar dari perusahaan teknologi dan startup, inovasi di bidang ini terus berkembang. (*)